Nasib Buruk Seorang Pria Pendiam

Bagas adalah orang yang telah lama mengidamkan seorang wanita. Sebenarnya Ia sudah punya pacar, namun tidak pernah bertemu sekalipun. Pasalnya, Bagas adalah sosok pria pendiam. Ketika hendak mendekati seorang wanita, tubuhnya gemetar, dalam dadanya berdetak kencang bak benderang di arena peperangan. Wajarlah, meski parasnya tampan, Bagas tidak bisa mendekati wanita. Sekarang umur Bagas kepala tiga. Ia tidak mungkin telus nge-jomblo, Apa kata tetangga nanti jika ternyata Bagas sampai tua tidak pernah menikah.

Dengan berbekal teknologi, Bagas mencari kenalan lewat HP. Ia mengacak nomer lalu miscol nomor tersebut. Singkat cerita, ada seorang wanita yang merespon kelakuan Bagas. Sebut saja namanya Santi. Mereka saling membalas sajak dalam SMS. Sewaktu-waktu, Bagas menelpon Santi hingga kuping mereka seperti tersengat tawon (terlalu).

Dua bulan lamanya sejoli itu menjalin hubungan erat. Sepertinya ada magnet yang kuat diantara mereka. Cinta telah mengikat kedua insan tersebut. Meskipun jadiannya lewat HP dan tidak pernah berjumpa, Bagas dan juga Santi saling menyayangi. Penuh dengan perhatian. Tiap pagi Si Santi tak lupa SMS dengan kalimat “say, udah sarapan belum”. Bagas pun juga membalas dengan kasih sayang mendalam “udah kok, ayang jangan lupa slalu jaga kesehatan ya”. Mereka berdua saling menceritakan kehidupan masing-masing. Hanya saja Si Santi tidak tahu kalau Bagas adalah orang yang bermental kerupuk.

Sampailah pada detik-detik yang mendebarkan. Santi menyuruh Bagas untuk menemui santi. “say, aq tdk ingin Cinta ini disia-siakan. Aq mmintamu u/ kerumahq. Biar kita lebih dket dan sama-sama mghapus rsa pnasaran ini.” Bagas yang sudah hampir kadaluarsa pun tak mau dirinya lajang selamanya. Ia memberanikan diri untuk pergi kerumah sang kekasih. Ia juga harus mempersiapkan tingkah laku yang istimewa. Bagaimana menjadi seorang pria yang baik, tegas, dan penuh dengan perhatian.

Minggu pagi, Bagas mendatangi kediaman pacarnya untuk kali pertama. Setelah mereka saling tatap muka, Santi tidak mampu menahan rasa harunya akan ketampanan kekasihnya itu. Lalu, Santi pamit ke dapur untuk membuatkan minuman dan Bagas dibiarkan di ruang tamu sendirian. Bagas melihat sebuah guci antik di dekat televisi. Ia mengambil guci tersebut lalu melihat isinya. Ternyata terdapat banyak abu di dalamnya. Bagas berpikir kalau harus segera membuangnya karena mengotori guci antik. Bagas lantas membuang abu tersebut. Perhatian Bagas begitu besar kepada Santi, hal kotor kecil pun diperhatikannya.

Saat Santi kembali ke ruang tamu, Bagas bertanya, “Ini guci antik ya?”
“Oh iya, di situ ada abu Bapakku” , jawab Santi dengan tenang.
“Ya ampuunnnnnn.... mati akuuuuu!”, teriak Bagas histeris dengan wajah pucat
pasi dan berkeringat. Dengan segera Bagas mulai mengumpulkan abu-abu yang telah dibuangnya itu kembali ke dalam Guci menggunakan tangannya.
"Kenapa ayang Bagas?” tanya Santi ikut-ikutan panik.
“Aaa..ku telah membuang Abu Bapakmu!”
"Ohh... makasih ya ayang!” jawab Santi dengan tenang.
“Loohhhh.... tidak apa-apa abu Bapakmu aku buang?” Sambil tangannya
belepotan abu.
“Yoi, nggak apa-apa to... Bapakku memang malas buang abu rokoknya di asbak.
Selalu saja beliau buang ke dalam guci itu!”

Hikmah

• Jangan melakukan sesuatu dengan gegabah (serampangan), pikirkanlah matang-matang apa yang akan kamu perbuat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
• Carilah teman dan bergabunglah dengan komunitas. Karena sesungguhnya teman adalah kontributor wawasan dan pengalaman dalam diri kamu.
• Orang pintar bukanlah mereka yang giat belajar, tapi mereka yang mampu menguasai keadaan dengan baik yang patut dikatakan orang pintar.